Damaskus kembali mencoba bangkit dari keterpurukan ekonomi dengan meluncurkan proyek ambisius di sektor media dan pariwisata. Pemerintah Suriah resmi menandatangani perjanjian dengan perusahaan asal Qatar untuk membangun kawasan produksi film dan hiburan terbesar di negara itu, yang diberi nama Gerbang Damaskus.
Proyek yang digagas oleh Kementerian Informasi Suriah ini diproyeksikan menelan biaya mencapai 1,5 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp24 triliun. Dana tersebut sepenuhnya berasal dari investasi perusahaan Qatar, Al-Maha International.
Penandatanganan proyek berlangsung di Istana Rakyat, Damaskus, dengan dihadiri Presiden Sementara Suriah Ahmad Al-Sharaa, serta jajaran menteri dan perwakilan investor asing. Langkah ini menjadi bagian dari strategi ekonomi baru pasca pelonggaran sanksi Amerika Serikat terhadap Damaskus.
Presiden Ahmad Al-Sharaa dalam sambutannya menyebut proyek ini sebagai tonggak penting bagi pemulihan ekonomi Suriah. Ia menegaskan pemerintah akan terus membuka pintu bagi investor internasional guna mempercepat rekonstruksi nasional.
Gerbang Damaskus akan dibangun di atas lahan seluas 2 juta meter persegi yang terbagi di wilayah Damaskus dan pinggirannya. Proyek ini mencakup pembangunan studio film dalam ruangan, lokasi syuting luar ruangan, museum media, pusat kebudayaan, serta hotel berbintang.
Menteri Informasi Suriah, Hamzah Al-Mustafa, mengatakan proyek ini bertujuan menjadikan Damaskus sebagai pusat produksi film dan media di kawasan Timur Tengah. Ia optimistis proyek ini mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal.
Menurut rencana, proyek ini diperkirakan menyerap 4.000 tenaga kerja tetap dan sekitar 9.000 pekerja musiman selama masa pembangunan hingga operasional. Pemerintah Suriah menargetkan proyek ini rampung dalam waktu lima hingga tujuh tahun.
Ketua Dewan Direksi Al-Maha, Mohammad Al-Anazi, menyebut proyek ini sebagai peluang emas bagi investor Teluk dan kawasan. Ia mengajak pelaku usaha ikut serta dalam inisiatif yang disebutnya sebagai kebangkitan ekonomi Suriah.
Pemerintah Suriah berharap proyek Gerbang Damaskus bisa menjadi wajah baru Suriah di mata dunia setelah 14 tahun dihantam perang saudara dan embargo internasional. Proyek ini juga dirancang untuk menarik wisatawan mancanegara ke Suriah.
Studio-studio film di kawasan ini akan dilengkapi teknologi produksi terbaru, termasuk efek visual digital dan sistem penyiaran modern. Selain itu, lokasi syuting luar ruang didesain menyerupai arsitektur Arab dan Islam klasik.
Proyek ini juga menyediakan area wisata tematik bertema sejarah Damaskus kuno, yang diproyeksikan menarik minat wisatawan Timur Tengah, Eropa, dan Asia Selatan. Pemerintah menilai potensi sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Suriah kini mencoba meniru keberhasilan Dubai Studio City di Uni Emirat Arab, namun dengan konsep lokal berbasis warisan budaya dan peradaban Suriah. Damaskus memiliki sejarah panjang sebagai kota tertua di dunia yang masih dihuni.
Pemerintah Suriah menyebut proyek ini sejalan dengan kebijakan penguatan soft power melalui sektor budaya dan ekonomi kreatif. Pemerintah menargetkan produksi film-film Arab dan internasional mulai aktif di kawasan ini dalam waktu lima tahun.
Selain menjadi kawasan produksi film, Gerbang Damaskus juga dirancang sebagai lokasi festival film tahunan, pameran budaya, dan pertemuan internasional industri media. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan citra Suriah di mata global.
Langkah pemerintah Suriah menarik investasi Qatar ini menjadi isyarat perubahan geopolitik pasca-perang. Hubungan kedua negara sempat memburuk selama konflik, namun kini mulai membaik melalui kerja sama ekonomi berskala besar.
Sejumlah analis menilai proyek ini bisa menjadi peluang rekonsiliasi diplomatik Suriah dengan negara-negara Teluk, sekaligus membuka pintu bagi masuknya investasi dari Asia, Eropa, dan Rusia.
Penghapusan sanksi Amerika Serikat dan Eropa menjadi faktor penting yang memungkinkan proyek ini berjalan. Sejumlah perusahaan AS dan Eropa telah mendapat proyek rekonstruksi di bernagai bidang seperti migas, pembangungan jembatan rusak dan lain sebagainya.
Meski demikian, situasi keamanan di Suriah masih menjadi tantangan. Rekonsiliasi dengan SDF Kurdi yaang memerintah di Suriah Timur masih menjadi tantangan.
Pemerintah Suriah berjanji akan meningkatkan keamanan di wilayah ibu kota dan sekitarnya, terutama di sekitar kawasan proyek Gerbang Damaskus. Selain itu, pemerintah juga sedang menyusun skema insentif bagi investor asing.
Meskipun sebagian besar kebijakan baru itu masih bersifat sementara selama enam bulan, perusahaan-perusahaan besar mulai mengumumkan kesepakatan-kesepakatan besar. Salah satunya kontrak energi senilai 7 miliar dolar AS dipimpin oleh perusahaan Qatar, Consolidated Contractors Group, ditambah janji bantuan pembangunan internasional senilai 6,5 miliar dolar AS.
Jika proyek ini berhasil, Gerbang Damaskus akan menjadi kawasan media terbesar di Suriah dan salah satu yang terbesar di kawasan Levant. Proyek ini diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi dan simbol kebangkitan Suriah pasca-perang.