Dari 2.961 nama orang Indonesia pada dokumen 'Panama Papers' tersebut, baik dalam bentuk nama perusahaan dan nama individu, ternyata ada nama (sedikitnya) 27 orang Batak, walaupun kebanyakan nama-nama tersebut tak begitu populer di kalangan publik selama ini, baik di kalangan pebisnis maupun politik.
Nama-nama tersebut adalah: Agung Tobing, Badurahman Parlindungan, B Dorphi Parlindungan, Christian Nainggolan, Christian Parlaungan, Chairul Tanjung (mantan Menko Perekonomian RI), Damsirudin Siregar, Darwin Silalahi, Dolly Parlagutan Pulungan, Elly Nurlaila Hutabarat, Evi Yulisma Harahap, Faisal Panggabean (Law Firm), Firman Matondang Silalahi, George Nicholas Simanjuntak, Godfridus Tampubolon, Henry Halomoan Sitanggang, Henry Pascal Tampubolon, Hutabarat-Halim & Rekan, Jeffery Freshen Sihombing, Johannes Kennedy Aritonang, N ova Negara Silaban, Patun Yudistira Aritonang, Paul Banuara Silalahi, Reimar Aloan Simorangkir, Reza Sazly H Siregar dan Rhita Manik.
"Tampil atau munculnya sejumlah nama orang-orang Batak di dalam dokumen atau data 'Panama Papers' ini memang menghebohkan, tapi itu sebenarnya tak mengherankan, karena orang-orang Batak memang termasuk figur yang benar-benar potensial dalam berbagai hal. Terlepas sejauh mana urgensi bisnis atau potensi hukum yang terkait pajak atas keterlibatan mereka (para orang Batak ini) dalam 'Panama Papers', hal ini menunjukkan bahwa orang Batak itu, seperti halnya orang atau pebisnis Tionghoa (China) termasuk diperhitungkan banyak pihak karena memang jeli dan dinamis untuk kerja sama, investasi, dsb," papar Elbiner Silitonga MBA, ketua umum Kesatuan Bangso Batak Internasional (KBBI) kepada SIB di kantornya, Kamis (7/4).
Bahkan, ujar dia, selain karena jelas-jelas mencantumkan marga-marganya, nama-nama orang Batak pada dokumen 'Panama Papers' diyakini bisa melebihi 30-an orang, misalnya dengan mencermati sejumlah nama ber-nuansa Batak namun tak mencantumkan marga. Misalnya nama Bagus Panuntun, Parlaungan, dll.
Bahkan, pemerhati budaya Batak Ir Raya Timbul Manurung MSc yang juga pakar jasa investasi dari Badan Kerja sama Regional Segitiga Pertumbuhan Utara IMT-GT, sejumlah nama atau tokoh dari kalangan orang Batak lainnya dipastikan ada terlibat atau beperan dalam jaringan 'Panama Papers' itu, misalnya melalui tampilnya sejumlah perusahaan di Sumut yang tercantum pada daftar di dokumen tersebut.
"Kalau dilacak dengan kunci tertentu pada jaringan internet dsb, sebenarnya bisa diketahui siapa-siapa saja orang Batak yang tercantum namanya di data itu, apakah mereka tercantum sebagai klien atau peserta investasi melalui Law Firm Mossack Fonseca itu, atau hanya tumpang nama oleh pihak atau orang lain yang berkepentingan dengsan binisnya," ujar Manurung sembari memaparkan prediksi modus pengembangan bisnis dan investasi pada jariungan tersebut.
'Panama Papers' ini disebutkan sebagai bocoran dokumen 'mega data' dengan file sebesar 2,6 terabity (TB) yang meliputi 4,8 juta data email, 3 juta lebih database, 2,1 juta dokumen profil perusahaan dan keuangan (PDF), 1,1 juta foto-foto, 320.000 snopsis (teks) dan 2.000-an fiole data lainnya. Dokumen ini tersimpan rapi selama 40 tahun (sejak 1966) yang dipegang dan dikelola oleh Law Firm Mossack Fonseca. 'Mega data' Panama Papers ini kemudian diungkap ke dunia oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (International Consortium of Investigative Journalist-ICIJ). (SIB)