Monday 25 June 2007
Pembagian Kios di Pasar Sibolga Nauli DipermasalahkanPembagian kios di Pasar Sibolga Nauli dipermasalahkan. Pemilik Restoran Bahagia Rusli Pasaribu yang dijanjikan mendapatkan tiga unit kios di pasar tersebut merasa kecewa karena "ditelantarkan" oleh oknum Dispenda Kota Sibolga.
Oknum Dispenda yang dituding melakukan "permainan" dalam pembagian kios di Pasar Sibolga Nauli itu berinisial BT. Oknum tersebut selama ini dituding mengomersilkan pembagian kios terhadap pedagang dengan cara bervariasi.
Menurut pengakuan pemilik Restoran Bahagia Rusli Pasaribu (49 tahun) warga Jalan Imam Bonjol Kelurahan Pasar Baru Kota Sibolga kepada Global, Minggu (24/6), salah seorang petugas dari kantor Dinas Pendapatan Kota Sibolga berinisial BT mempermainkan pembagian kios yang berada di lantai I, dengan alasan cabut nomor.
Ternyata tidak ada melakukan cabut nomor (undi), tetapi hanya diberikan oknum BT dan kios nomor 31-32 yang berada di pojok lokasi yang berdekatan dengan kamar mandi rumah penduduk itu diberikan kepada Rusli, sementara kios bagian saudara diberikan tempat strategis untuk berjualan, terang Rusli menirukan ucapan oknum BT.
Dikatakannya, setelah melihat kondisi kios yang berada di sudut pasar dan berdekatan dengan kamar mandi penduduk, ia tidak menerimanya, karena janji awal oknum BT kepada para pedagang yang bakal memiliki kios adalah akan dilakukan cabut nomor.
"Artinya tergantung rezeki kita, bakal di mana nomor yang akan kita miliki, ternyata hal itu hanya bohong-bohongan, karena oknum BT sudah mengaturnya dan tanpa cabut nomor, malamnya nomor miliknya itu sudah diserahkannya," sebut Rusli Pasaribu.
Untuk kepemilikan kios di Pasar Sibolga Nauli, oknum BT sudah mengatur sebelumnya bahwa bagi pedagang yang ingin mendapat tempat strategis, harus menghadap kepada oknum BT. Jika tidak, jangan harap dapat kios yang bagus.
"Kalau tidak menghubungi dia, pedagang ditempatkan di sudut-sudut yang jauh dari pandangan masyarakat yang akan berbelanja, seperti aku alami ini. Tiga unit kios yang diberikan, posisinya di dekat kamar mandi penduduk," katanya.
Dikatakannya, Pemerintah Kota Sibolga perlu membuat kebijakan untuk mantan pemilik restoran di Terminal Bus Sibolga. "Apapun alasannya, dari dulu kita ini pedagang jualan makanan (restoran,red), jadi sesuai janji petugas dari Dinas Pendapatan Sibolga, bagi setiap mantan pemilik restoran akan diberikan 3 unit kios yang tempatnya strategis. Tolong dipenuhi janji itu," ujarnya.
Ditambahkannya, oknum petugas bidang pembagian kios-kios di Pasar Sibolga Nauli diduga kuat ada "main mata" dengan pedagang. Dan sebagian besar pedagang yang ada saat ini di Pasar Sibolga Nauli merupakan pedagang hasil pilihan oknum BT.
“Oknum BT yang selama ini mengatur bagi siapa tempat yang bagus dengan cara berkolusi," tegas Rusli Pasaribu. Ketika hal itu dikonfirmasi wartawan kepada BT di kantornya, ia membantah. "Hal itu tidak benar, semuanya sesuai prosedur dan kios yang ada, semua hasil kesepakatan," katanya.
Sumber: Harian Global
Pembagian Kios di Pasar Sibolga Nauli DipermasalahkanPembagian kios di Pasar Sibolga Nauli dipermasalahkan. Pemilik Restoran Bahagia Rusli Pasaribu yang dijanjikan mendapatkan tiga unit kios di pasar tersebut merasa kecewa karena "ditelantarkan" oleh oknum Dispenda Kota Sibolga.
Oknum Dispenda yang dituding melakukan "permainan" dalam pembagian kios di Pasar Sibolga Nauli itu berinisial BT. Oknum tersebut selama ini dituding mengomersilkan pembagian kios terhadap pedagang dengan cara bervariasi.
Menurut pengakuan pemilik Restoran Bahagia Rusli Pasaribu (49 tahun) warga Jalan Imam Bonjol Kelurahan Pasar Baru Kota Sibolga kepada Global, Minggu (24/6), salah seorang petugas dari kantor Dinas Pendapatan Kota Sibolga berinisial BT mempermainkan pembagian kios yang berada di lantai I, dengan alasan cabut nomor.
Ternyata tidak ada melakukan cabut nomor (undi), tetapi hanya diberikan oknum BT dan kios nomor 31-32 yang berada di pojok lokasi yang berdekatan dengan kamar mandi rumah penduduk itu diberikan kepada Rusli, sementara kios bagian saudara diberikan tempat strategis untuk berjualan, terang Rusli menirukan ucapan oknum BT.
Dikatakannya, setelah melihat kondisi kios yang berada di sudut pasar dan berdekatan dengan kamar mandi penduduk, ia tidak menerimanya, karena janji awal oknum BT kepada para pedagang yang bakal memiliki kios adalah akan dilakukan cabut nomor.
"Artinya tergantung rezeki kita, bakal di mana nomor yang akan kita miliki, ternyata hal itu hanya bohong-bohongan, karena oknum BT sudah mengaturnya dan tanpa cabut nomor, malamnya nomor miliknya itu sudah diserahkannya," sebut Rusli Pasaribu.
Untuk kepemilikan kios di Pasar Sibolga Nauli, oknum BT sudah mengatur sebelumnya bahwa bagi pedagang yang ingin mendapat tempat strategis, harus menghadap kepada oknum BT. Jika tidak, jangan harap dapat kios yang bagus.
"Kalau tidak menghubungi dia, pedagang ditempatkan di sudut-sudut yang jauh dari pandangan masyarakat yang akan berbelanja, seperti aku alami ini. Tiga unit kios yang diberikan, posisinya di dekat kamar mandi penduduk," katanya.
Dikatakannya, Pemerintah Kota Sibolga perlu membuat kebijakan untuk mantan pemilik restoran di Terminal Bus Sibolga. "Apapun alasannya, dari dulu kita ini pedagang jualan makanan (restoran,red), jadi sesuai janji petugas dari Dinas Pendapatan Sibolga, bagi setiap mantan pemilik restoran akan diberikan 3 unit kios yang tempatnya strategis. Tolong dipenuhi janji itu," ujarnya.
Ditambahkannya, oknum petugas bidang pembagian kios-kios di Pasar Sibolga Nauli diduga kuat ada "main mata" dengan pedagang. Dan sebagian besar pedagang yang ada saat ini di Pasar Sibolga Nauli merupakan pedagang hasil pilihan oknum BT.
“Oknum BT yang selama ini mengatur bagi siapa tempat yang bagus dengan cara berkolusi," tegas Rusli Pasaribu. Ketika hal itu dikonfirmasi wartawan kepada BT di kantornya, ia membantah. "Hal itu tidak benar, semuanya sesuai prosedur dan kios yang ada, semua hasil kesepakatan," katanya.
Sumber: Harian Global