13 Jun 07 00:41 WIB
Gunung Pusuk Buhit Berpotensi Aktif
Samosir, WASPADA Online
Gunung Pusuk Buhit di Kec. Sianjur mula-mula, Kab. Samosir masih berpotensi aktif, sehingga daerah sekitarnya bisa dikatakan sebagai daerah rawan bencana.
"Mengantisipasinya perlu dibuat mitigasi plan atau rencana jalur-jalur evakuasi apabila terjadi bencana tersebut," kata Konsultan PT Benhatin Surya Cipta, Andi Simarmata saat membahas penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Samosir berbasis teknologi remote sensing dan GIS di ruang pertemuan kantor bupati, kemarin.
Penyusunan RUTRW Samosir yang menelan biaya hingga Rp1,5 miliar dalam APBD 2006, turut merekomendasikan hasil analisis geologi tata lingkungan. Dia mengatakan, Samosir mempunyai tingkat kebesaran gempa berkisar V hingga VIII (skala MMI), zona tertinggi terletak pada jalur patahan Semangko.
Skala V-VI hampir tersebar di wilayah kabupaten, skala VI-VII hanya terisolir pada daerah Nabarat Aritonang-Siborongborong-Aek Nauli hingga Dolok Sanggul, skala VII-VIII tersebar pada bagian dalam zona VI-VII daerah Parmiahan-Lumban Pancur-Pagaran.
Aspek lain analisis geologi tata lingkungan kata Simarmata, terindikasinya daerah rawan bencana meliputi rawan gempa bumi, rawan tanah longsor, rawan letusan gunung api dan rawan patahan karena wilayah daratan Sumatera di Samosir juga dilalui jalur patahan regional Sumatera (Semangko).
Selain itu, batuan yang tersusun di Samosir umumnya didominasi material letusan gunung api ribuan tahun lamanya, sehingga tidak jarang pada beberapa tempat dijumpai tanah-tanah berbatu. Pada lapisan atasnya banyak dijumpai kandungan tanah diatomea, dan jenis tanah ini cukup ekonomis dijadikan bahan baku pada beberapa jenis industri.
Jenis batuan lainnya yang terdapat di Samosir merupakan jenis sirtu (pasir batu) dan batu kapur, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi bangunan.
Gunung Pusuk Buhit Berpotensi Aktif
Samosir, WASPADA Online
Gunung Pusuk Buhit di Kec. Sianjur mula-mula, Kab. Samosir masih berpotensi aktif, sehingga daerah sekitarnya bisa dikatakan sebagai daerah rawan bencana.
"Mengantisipasinya perlu dibuat mitigasi plan atau rencana jalur-jalur evakuasi apabila terjadi bencana tersebut," kata Konsultan PT Benhatin Surya Cipta, Andi Simarmata saat membahas penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Samosir berbasis teknologi remote sensing dan GIS di ruang pertemuan kantor bupati, kemarin.
Penyusunan RUTRW Samosir yang menelan biaya hingga Rp1,5 miliar dalam APBD 2006, turut merekomendasikan hasil analisis geologi tata lingkungan. Dia mengatakan, Samosir mempunyai tingkat kebesaran gempa berkisar V hingga VIII (skala MMI), zona tertinggi terletak pada jalur patahan Semangko.
Skala V-VI hampir tersebar di wilayah kabupaten, skala VI-VII hanya terisolir pada daerah Nabarat Aritonang-Siborongborong-Aek Nauli hingga Dolok Sanggul, skala VII-VIII tersebar pada bagian dalam zona VI-VII daerah Parmiahan-Lumban Pancur-Pagaran.
Aspek lain analisis geologi tata lingkungan kata Simarmata, terindikasinya daerah rawan bencana meliputi rawan gempa bumi, rawan tanah longsor, rawan letusan gunung api dan rawan patahan karena wilayah daratan Sumatera di Samosir juga dilalui jalur patahan regional Sumatera (Semangko).
Selain itu, batuan yang tersusun di Samosir umumnya didominasi material letusan gunung api ribuan tahun lamanya, sehingga tidak jarang pada beberapa tempat dijumpai tanah-tanah berbatu. Pada lapisan atasnya banyak dijumpai kandungan tanah diatomea, dan jenis tanah ini cukup ekonomis dijadikan bahan baku pada beberapa jenis industri.
Jenis batuan lainnya yang terdapat di Samosir merupakan jenis sirtu (pasir batu) dan batu kapur, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi bangunan.