Dalam sebuah acara istimewa, ulamg tahun Didit Prabowo, Putra Presiden Prabowo, putra-putri Presiden Republik Indonesia dari berbagai generasi tampak berkumpul dan berpose bersama, menciptakan momen langka yang menarik perhatian publik. Sosok-sosok tersebut antara lain Guruh Soekarno Putra, putra Bung Karno; Titiek Soeharto, putri Presiden Soeharto; Ilham Habibie, putra Presiden BJ Habibie; Yenny Wahid, putri Abdurrahman Wahid alias Gus Dur; Puan Maharani, putri Presiden Megawati Soekarnoputri; Agus Yudhoyono, putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY); Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo (Jokowi); serta Didiet Prabowo, putra Presiden Prabowo Subianto. Mereka mengabadikan momen kebersamaan tersebut dengan berfoto bersama, baik dalam posisi duduk maupun berdiri berdampingan.
Guruh Soekarno Putra, putra bungsu Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dikenal sebagai seniman multitalenta yang aktif di dunia seni dan budaya. Ia mendirikan Yayasan Swara Mahardhika yang fokus pada pelestarian dan pengembangan kesenian Indonesia. Selain itu, Guruh juga terlibat dalam berbagai proyek seni yang mempromosikan kebudayaan Nusantara.
Titiek Soeharto, putri Presiden kedua RI, Soeharto, aktif dalam dunia politik dan bisnis. Ia merupakan anggota DPR dengan jabatan Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
(Bidang Pertanian, Pangan, Maritim dan Kehutanan) dan terlibat dalam pengelolaan Yayasan Harapan Kita, yang didirikan oleh ibunya, Siti Hartinah atau Tien Soeharto, pada 23 Agustus 1968.
Yayasan ini telah mendirikan berbagai fasilitas publik, seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.
Ilham Habibie, putra Presiden ketiga RI, BJ Habibie, dikenal sebagai teknokrat dan pengusaha. Ia menjabat sebagai Ketua Dewan TIK Nasional (Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional) dan terlibat dalam berbagai perusahaan teknologi dan industri penerbangan. Ilham juga aktif dalam Yayasan SDM Iptek yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Yenny Wahid, putri Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, adalah seorang aktivis dan politisi. Ia memimpin Wahid Foundation, sebuah yayasan yang bergerak di bidang perdamaian, toleransi, dan pemberdayaan perempuan. Yenny juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial yang bertujuan mempromosikan nilai-nilai pluralisme dan demokrasi.
Puan Maharani, putri Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Meskipun lebih dikenal di dunia politik, Puan juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial melalui yayasan yang berfokus pada pendidikan dan kesehatan.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra sulung Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), adalah seorang politisi dan mantan perwira militer. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan sejak 21 Oktober 2024 dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial melalui Yayasan AHY yang fokus pada pengembangan kepemimpinan pemuda.
Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden ketujuh RI, Joko Widodo (Jokowi), adalah seorang pengusaha dan politisi. Ia mendirikan berbagai perusahaan di bidang kuliner, seperti Chili Pari dan Markobar. Selain itu, Gibran juga menjabat sebagai Wali Kota Surakarta sejak 2021 dan kini menjadi Wakil Presiden.
Didiet Prabowo, putra Presiden kedelapan RI, Prabowo Subianto, dikenal sebagai desainer mode yang fokus pada busana tradisional Indonesia. Ia mendirikan label fashion sendiri dan aktif mempromosikan kain-kain tradisional Indonesia di kancah internasional.
Dari segi jumlah perusahaan dan yayasan yang dikelola, keluarga Presiden Soeharto memiliki keterlibatan yang signifikan dalam berbagai sektor bisnis dan yayasan.
Beberapa yayasan yang didirikan oleh Soeharto dan keluarganya, seperti Yayasan Supersemar, Yayasan Dharmais, dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, memiliki peran besar dalam pengelolaan dana dan aset. Dana dari yayasan-yayasan tersebut mengalir ke perusahaan-perusahaan keluarga Soeharto, yang melibatkan putra-putri Soeharto dan orang kepercayaannya, seperti Mohammad "Bob" Hasan.
Selain itu, anak-anak Soeharto juga memiliki perusahaan sendiri. Misalnya, Bambang Trihatmodjo memiliki PT Asriland yang bergerak di sektor konstruksi, perdagangan, properti, perhotelan, televisi swasta, perkebunan, dan transportasi. Harta kekayaan yang dimiliki Bambang ditaksir mencapai USD 250 juta atau setara Rp3,6 triliun.
Sementara itu, anak-anak presiden lainnya lebih banyak terlibat dalam yayasan yang berfokus pada bidang sosial, pendidikan, dan budaya. Misalnya, Yenny Wahid dengan Wahid Foundation yang bergerak di bidang perdamaian dan toleransi, serta Ilham Habibie dengan Yayasan SDM Iptek yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, jika dilihat dari jumlah dan skala usaha yang dikelola, keluarga Presiden Soeharto memiliki keterlibatan yang lebih luas dalam berbagai sektor bisnis dan yayasan dibandingkan dengan anak-anak presiden lainnya. Perusahaan-perusahaan yang terkait dengan keluarga Soeharto berkembang pesat sejak era Orde Baru dan mencakup berbagai sektor strategis, mulai dari properti, perbankan, hingga industri media. Hal ini menjadikan mereka sebagai salah satu keluarga dengan jaringan bisnis terbesar di Indonesia.
Namun, dalam perkembangan terbaru, beberapa anak presiden lainnya juga mulai merambah dunia bisnis dengan pendekatan yang lebih modern dan berorientasi pada industri kreatif.
Misalnya, Gibran Rakabuming Raka yang sukses di sektor kuliner dengan merek Markobar dan Chili Pari, serta Kaesang Pangarep yang mengelola berbagai usaha rintisan seperti Sang Pisang dan Ternakopi.
Selain itu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga terlibat dalam dunia bisnis, meskipun lebih banyak fokus pada politik. Partai Demokrat yang dipimpinnya memiliki berbagai inisiatif ekonomi yang mendukung pengembangan UMKM dan kewirausahaan di Indonesia.
Sementara itu, di bidang teknologi dan inovasi, Ilham Habibie tetap menjadi salah satu tokoh utama dengan berbagai proyek di industri penerbangan dan kecerdasan buatan. Ia melanjutkan visi sang ayah, BJ Habibie, dalam membangun kemandirian teknologi Indonesia dan sedang mengerjakan pengembangan RAI R-80 sebuah pesawat yang mirip N2150 buatan PT IPTN dahulu.
Di sisi lain, anak-anak presiden yang lebih fokus pada yayasan dan kegiatan sosial tetap memiliki pengaruh besar dalam berbagai bidang. Yenny Wahid, misalnya, melalui Wahid Foundation, aktif dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi di Indonesia, terutama dalam konteks keberagaman agama dan budaya.
Puan Maharani, meskipun lebih banyak berkecimpung di dunia politik, juga berperan dalam berbagai program sosial yang mendukung pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai Ketua DPR RI, ia memiliki peran strategis dalam menentukan kebijakan yang berdampak luas bagi rakyat.
Sementara itu, Didiet Prabowo tetap setia pada dunia mode dan terus mengembangkan karyanya di ranah busana tradisional Indonesia. Dengan desain yang unik dan berorientasi pada pasar internasional, ia turut serta dalam mempromosikan budaya Indonesia di kancah global.
Jika dibandingkan, keluarga Soeharto masih menjadi yang paling dominan dalam dunia bisnis, terutama karena warisan jaringan usaha yang sudah terbangun sejak lama. Namun, dalam era modern ini, anak-anak presiden lainnya mulai membangun bisnis dengan pendekatan yang lebih inovatif dan sesuai dengan tren pasar saat ini.
Faktor lain yang memengaruhi perkembangan bisnis anak-anak presiden adalah perbedaan era kepemimpinan. Pada masa Orde Baru, pengaruh politik sangat erat kaitannya dengan ekspansi bisnis keluarga, sementara pada era reformasi dan pasca-reformasi, persaingan usaha semakin terbuka dan dinamis.
Ke depan, kemungkinan besar akan muncul lebih banyak bisnis baru yang dikelola oleh anak-anak presiden, terutama di sektor digital, teknologi, dan ekonomi kreatif. Dengan perkembangan zaman, mereka dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan memanfaatkan peluang yang ada.
Meskipun demikian, keberadaan yayasan sosial juga tetap penting dalam kontribusi mereka bagi masyarakat. Banyak di antara anak-anak presiden yang mendirikan atau mengelola yayasan untuk membantu bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.
Pada akhirnya, baik melalui bisnis maupun yayasan, anak-anak presiden tetap memiliki peran yang signifikan dalam membentuk masa depan Indonesia. Dengan latar belakang dan pengaruh yang dimiliki, mereka memiliki kesempatan besar untuk terus berkontribusi dalam berbagai bidang yang membawa manfaat bagi bangsa dan negara.
Berdasarkan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang tersedia, berikut adalah perbandingan kekayaan beberapa anak presiden Indonesia:
Titiek Soeharto
Dalam LHKPN tertanggal 9 Maret 2018, Titiek Soeharto melaporkan harta kekayaan sebesar Rp592,58 miliar. Kekayaannya terdiri dari tanah dan bangunan di Jakarta, Bogor, dan Bekasi senilai Rp423,49 miliar, kendaraan Mercedes S600 senilai Rp100 juta, surat berharga Rp45 miliar, kas dan setara kas sebesar Rp103 miliar, serta harta bergerak lainnya Rp20 miliar. Titiek tidak memiliki utang dalam laporannya.
Ilham Habibie
Ilham Habibie melaporkan harta kekayaan pada 8 September 2024, dengan total nilai mencapai Rp303,25 miliar. Kekayaannya mencakup 15 bidang tanah di Bogor, Bandung, dan Batam, serta 6 bidang tanah beserta bangunan di Jakarta Selatan, Depok, dan Bandung.
Puan Maharani
Puan Maharani memiliki total kekayaan senilai Rp546,34 miliar. Asetnya meliputi tanah dan bangunan di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bali senilai Rp273,18 miliar, kas dan setara kas sebesar Rp84,36 miliar, surat berharga Rp235,99 miliar, serta utang Rp47,19 miliar.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Setelah dilantik sebagai Menteri pada 21 Februari 2024, AHY melaporkan harta kekayaan yang mencakup dua bidang tanah dan bangunan di Jakarta Selatan senilai Rp35,35 miliar, serta tujuh unit kendaraan dengan berbagai merek.
Gibran Rakabuming Raka
Pada LHKPN yang disetorkan dalam rangka Pilkada 2020, Gibran melaporkan total kekayaan sebesar Rp21,15 miliar. Kekayaannya terdiri dari lima bidang tanah di Sragen dan Surakarta senilai Rp13,4 miliar, delapan unit kendaraan bermotor senilai total Rp682 juta, harta bergerak lain senilai Rp260 juta, kas dan setara kas Rp2,15 miliar, serta harta lain Rp5,55 miliar. Gibran juga memiliki hutang sebesar Rp895,59 juta.